TEDONG DAN TORAYA



Kerbau (Bubalus bubalis) dalam bahasa Toraja dikenal dengan nama Tedong merupakan hewan asli benua Asia. Penduduk dari berbagai negara di Asia menggunakan tenaga, daging dan susu kerbau untuk keperluan sehari-hari. Namun untuk masyarakat Toraja, kerbau bernilai lebih dari itu. Kerbau digunakan dalam melakukan transaksi dan juga merupakan komponen penting dalam upacara adat rambu solo'.

Masyarakat Toraja memanfaatkan kerbau untuk melakukan transaksi. Seperti halnya mata uang, orang Toraja memberikan nilai untuk kerbau berdasarkan warna kulit, bentuk tanduk, postur dan jumlah serta letak dan jumlah palisu (pusaran rambut). 


Berdasarkan warna, kerbau dibedakan atas: 



Tedong Bonga
image courtesy of mongabay.co.id
bonga : tedong yang memiliki motif kulit berwarna hitam dan putih. Berdasarkan komposisi dan letak warna putih dan hitam di kulit, masih dikenal istilah:
   • saleko: komposisi warna hitam dan putih seimbang. Merupakan jenis kerbau termahal.
   • bonga randan dali' : warna kulit didominasi hitam, tetapi terdapat warna putih pada alis          mata
   • bonga takinan gayang : jenis bonga yang memiliki motif gayang (keris) di punggungnya
   • bonga ulu: badan berwarna hitam dan kepala berwarna putih
   • bonga lotong boko': warna kulit didominasi putih namun warna hitam hampir                           mendominasi bagian punggung
   • bonga bulan: warna putih menutupi seluruh kulit tedong
   • bonga sori: warna kulit didominasi hitam, warna putih hanya terdapat di bagian sekitar          mata



Tedong Pudu'
pudu': tedong pudu' memiliki kulit berwarna hitam legam dengan postur tubuh yang kekar.


sambao': kulit berwarna keabu-abuan ada yang kecoklatan. Merupakan kerbau dengan harga paling murah dibandingkan bonga dan pudu'.


Berdasarkan bentuk tanduk, kerbau dibedakan atas:




Tanduk Tarangga
image coutesy of tourtoraja.com
Tarangga:  
bentuk tanduk membentuk setengah lingkaran



Tanduk Pampang
image courtesy: tourtoraja.com
Pampang: 
bentuk tanduk yang pertumbuhannya cenderung ke samping, tidak melengkung ke arah atas. Bentuk tanduk ini ditemukan pada tedong balian; tedong yang dikebiri.



Tanduk Sikki'
image courtesy of tourtoraja.com

Sikki': 
bentuk tanduk yang tumbuh melengkung dan kedua ujungnya hampir bertemu.




Tanduk Sokko
image courtesy of frengkytoraja.blogspot.com
Sokko
tanduk yang tumbuh melengkung ke arah bawah melingkari leher




Tanduk Tekken Langi'
image courtesy of tourtoraja.com

Tekken Langi': bentuk tanduk yang unik, satu tanduk bertumbuh normal ke arah atas dan satu tanduk bertumbuh ke arah bawah.


== • • • ==  

Sebagai hewan yang bernilai tinggi,  kerbau bagi masyarakat Toraja merupakan lambang kemakmuran. Kerbau dapat ditemukan pada tongkonan berupa ukiran pa' tedong dan juga susunan tanduk pada tiang penopang. Pada tulak somba tongkonan dapat dilihat tanduk tedong yang disusun rapi dari bawah ke atas. Jumlah tanduk yang dipajang menunjukkan bahwa pemilik tongkonan pernah melakukan upacara rambu solo' dengan mengorbankan sejumlah kerbau.



Kiri: Motif ukiran pa' tedong; kanan: tanduk tedong yang dipasang 
pada tiang-tiang tongkonan

= = • • • = =


Mengapa dalam upacara rambu solo', banyak kerbau yang dikorbankan? 

Seseorang yang sudah meninggal tapi prosesi rambu solo'-nya belum rampung, masih dianggap sebagai orang yang sakit dan diperlakukan layaknya orang yang masih hidup. Untuk merampungkan prosesi rambu solo' banyak persiapan dan kegiatan yang dilakukan karena rambu solo' merupakan prosesi yang sangat kompleks. Dalam prosesi rambu solo', terdapat hari dimana kerbau-kerbau ditinggoro (disembelih dengan cara "maaf" menebas lehernya dengan golok). Menurut cerita dari seorang kakek, dahulu kala sebelum ma'tinggoro tedong, sang eksekutor terlebih dahulu mengucapkan beberapa kata permintaan maaf kepada roh kerbau yang hendak ditinggoro. 

Kerbau diyakini sebagai kendaraan untuk seseorang yang telah meninggal untuk menuju puyaLeluhur orang Toraja meyakini keberadaan Puya; dunia dimana terdapat kehidupan setelah kematian. Semakin banyak kerbau yang dikorbankan, maka semakin cepat roh orang yang meninggal mencapai puya. Namun dengan "tersingkirnya" agama suku aluk to dolo, kepercayaan tersebut  mengalami pergeseran. Jumlah kerbau yang disembelih pada saat ini lebih ditujukan untuk menunjukkan kedudukan sosial dari keluarga yang melaksanakan upacara adat rambu solo'.



TEDONG DAN TORAYA TEDONG DAN TORAYA Reviewed by Torayaa on 8:05:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.