FILOSOFI HIDUP DALAM WARNA UKIRAN TORAJA

filosofi warna ukiran tana toraja
Filosofi warna ukiran Toraja

Warna telah banyak menginspirasi manusia sejak jaman dahulu. Bukan hanya tentang keindahan, kekuatan dalam sebuah warna juga dapat menunjukkan karakter, identitas dan filosofi. Hal ini nampaknya berlaku secara global. Identitas sebuah negara digambarkan dari bentuk dan warna bendera, perusahaan-perusahaan besar mengeluarkan dana yang sangat besar untuk pembuatan sebuah logo. Beberapa contoh kekuatan dari penggunaan warna.

Suku Toraja tak terkecuali. Terdapat empat wana khas yang terdapat pada passura' (ukiran) Toraja. Hitam (malotong), merah (mararang), kuning (mariri) dan putih (mabusa). Warna hitam digunakan sebagai warna dasar ukiran, jadi sebelum sebuah bentuk ukiran dibentuk dengan pisau ukir, terlebih dahulu permukaan kayu dilapisi dengan warna hitam. Warna-warna kuning, merah dan putih diperoleh dari warna batuan atau tanah yang dikikis kemudian dilarutkan ke dalam air. Warna yang diperoleh kemudian dioleskan ke bagian cekungan yang telah dibentuk oleh pisau ukir.

Warna hitam digunakan sebagai dasar ukiran melambangkan kematian dan kegelapan. Dalam kegiatan rambu solo' (secara harafiah, rambu = asap dan solo' = jalanan menurun/turunan), pakaian serba hitam digunakan oleh keluarga yang berduka juga oleh para pelayat sebagai wujud dukacita karena kematian. Pemakaman jenasah suku Toraja kebanyakan dan mungkin hampir semuanya dilaksanakan setelah jam 12 siang, atau ketika matahari telah turun dan hari menuju malam.

Warna kuning merupakan simbol anugerah atau kekuasaan ilahi. Warna ini hanya digunakan dalam upacara rambu tuka' (secara harafian, rambu = asap; tuka' = jalan menanjak/menuju ke atas). Oleh karena itu, dalam sebuah acara pernikahan, akan banyak ditemui warna kuning.

Warna merah merupakan simbol darah dan warna putih merupakan simbol tulang. Keduanya menyimbolkan kehidupan. Digunakan pada upacara rambu tuka' dan rambu solo'. Bukanlah sebuah "pamali" jika kedua warna ini ditemui di upacara rambu tuka' atau rambu solo'.

warna khas toraja
Warna hitam, merah, kuning dan putih pada Tongkonan
FILOSOFI HIDUP DALAM WARNA UKIRAN TORAJA FILOSOFI HIDUP DALAM WARNA UKIRAN TORAJA Reviewed by Torayaa on 5:33:00 AM Rating: 5

3 comments:

  1. ijin bertanya min, knapa harus warna hitam yang jadi dasar..??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena dasar warna hitam melambangkan kematian, semua manusia hidup akan kembali pada sang pencipta, begitu pula dengan ukiran yang yasarnya warna hitam

      Delete
  2. Apakah penggunaan warna kain sarung pada acara2 tertentu ada artinya?

    ReplyDelete

Powered by Blogger.